Betun, KontasMalaka.com, Sejumlah petani di Kabupaten Malaka ramai-ramai menimbang gabah yang akan digunakan untuk memroduksi beras Nona Malaka.

Kadis Pertanian Kabupaten Malaka, drh. Januaria Maria Seran kepada wartawan, Sabtu (22/6/24) mengatakan penimbangan gabah masih berlangsung hingga saat ini. Petani yang memanen padi dengan benih beras Nona Malaka ramai-ramai menimbang gabah saat ini.

Dikatakan, penimbangan gabah sudah berlangsung kurang lebih selama satu bulan sejak 30 Mei 2024. Para petani yang tergabung dalam beberapa kelompok tani (Poktan) menimbang gabahnya dengan harga 5..500/kg di Desa Umakatahan dan Umanen Lawalu di Kecamatan Malaka Tengah, dan di Desa Motaulun Kecamatan Malaka Barat.

Anggota Poktan Moris Hamutuk Desa Motaulun, Theresia Hoar kepada wartawan, beberapa waktu lalu mengatakan sudah menimbang gabah sebanyak 420 kg. Gabah sebanyak itu dibeli offtaker UD Moris Diak untuk produksi beras Nona Malaka.

Theresia mengaku senang karena gabahnya ditimbang dengan harga Rp 5. 500/kg tidak seperti sebelumnya dengan harga Rp 3. 500/kg. “Kami untung dengan tanam benih padi beras Nona Malaka. Sehingga, kami akan tanam padi dengan benih ini,” kata Theresia yang memperoleh penghasilan atas penjualan gabah sebanyak Rp 2. 310. 000.

Sedangkan, Poktan Debu Tetu Desa Umakatan juga menimbang gabahnya sebanyak Rp 1. 154 kg. Para petani juga merasa senang, karena menimbang gabahnya dengan harga yang layak.

Sebelumnya diberitakan, Pius Klau Muti sebagai tokoh intelektual Malaka mengatakan Beras Nona Malaka itu brand yang lahir dari kandungan Program SAKTI, ide cerdas dan strategis pemikiran Bupati Malaka, Dr. Simon Nahak, SH, MH. Gagasan ini diabdikan pada tujuan mulia capaian swasembada pangan yang dimulai dari kegiatan sederhana 3 K (kebun, kandang dan kolam).

Dikatakan, ide cerdas dan strategis Bupati Simon bertujuan mengubah budaya pertanian dari tradisional kepada komersial. “Agricultural menjadi Agribisnis dan Agroindustri. Dan ini sangat menguntungkan petani. Hal sederhana, gabah dijual petani kepada offtaker dengan harga Rp 5. 500/kg. Harganya, sebelumnya Rp 3. 500/kg. Kedua, dapat menekan sistem ijon,” jelas Pius yang juga Tim Percepatan Pembangunan Malaka. (pyn)