Wewiku, KontasMalaka.com, Warga Dusun Wetalas Desa Weulun Kecamatan Wewiku yang mendiami wilayah batas Kabupaten Malaka dan Timor Tengah Selatan (TTS) belum menikmati penerangan listrik. Sehingga, ada derai air mata warga batas ketika menyambut penyalaan listrik yang dilakukan Bupati Malaka, Dr. Simon Nahak, SH, MH.
Disaksikan, Kamis (30/11/23) siang, Bupati Simon bersama rombongan berangkat ke Desa Weulun Kecamatan Wewiku untuk kegiatan penyalaaan listrik di Dusun Wetalas, wilayah Desa Weulun yang berbatasan langsung dengan Kabupaten TTS.
Bupati Simon didampingi sejumlah pejabat dan pimpinan organisasi perangkat daerah (OPD) di antaranya Staf Ahli Bupati, Drs. Gabriel Seran, MM, Agustinus Nahak, S.Ip (Asisten Perekonomian dan Pembangunan), Rofinus Bau, SH, MM (Asisten Administrasi Umum), Vinsensius Babu, S.Pi, M.Si (Kadis Perizinan), drg. Paskalia Frida Fahik (Kadis Lingkungan Hidup), Veronika Flora Fahik (Kadis Pemuda dan Olahraga), drh. Yanuaria Maria Seran (Kadis Pertanian).
Selain itu hadir pula, Kladius Kapu (Plt Kadis PMD), Irene Novisalalita (Kabag Sumber Daya Alam), Gregorius Fatin (Kabag Protokol), Manfred Yohanes Laak (Kabag Ekonomi), Yohanes Klau (Camat Wewiku). Sedangkan dari pihak PLN hadir I Ketut Artha Yasa (Manager Unit Layanan Pengadaan Atambua).
Tangisan dan derai air mata terlihat dari warga yang mengusap wajah ketika Bupati Simon memberi sambutan usai menyalahkan secara simbolis lampu listrik yang sudah terpasang di salah satu rumah warga di wilayah dusun tersebut. Sambutan Bupati Simon yang penuh dengan kisah kehidupan masa lalu dusun tersebut membuat suasana haru dan derai air mata.
Warga terharu dan menangis ketika Bupati Simon berkisah tentang wilayah Dusun Wetalas sebagai daerah penggembalaan ternak. Dan terdengar isak tangis tersendu-sendu, saat Bupati Simon menyebut nama Bei Unaman (red, Istovanus Bani), kepala keluarga pertama yang mendiami wilayah Dusun Wetalas yang udik, terpencil, penuh hutan dan tidak mudah dijangkau.
Dari belakang terdengar suara terisak dua warga masing-masing Yosina Bani dan Herman Bani. Keduanya anak kandung Istovanus Bani, almarhum. Mereka menangis, karena berpuluh-puluh tahun, tidak menikmati penerangan listrik dan jalan raya bagus sepanjang 1, 5 km saat ini.
Bupati Simon mengatakan hidup tanpa listrik ibarat dijajah. Selama 78 tahun Indonesia merdeka, namun warga Dusun Wetalas tidak menikmati listrik. Sehingga, dusun kecil ini cukup gelap dan tidak seorang pun yang berani menjangkau pada sore atau malam hari.
“Ini kampung saya di masa kecil. Hanya orang berani saja yang bisa sampai di sini. Orang naik ke sini untuk lihat pemandangan laut. Dan itu pada siang. Kalau sore atau malam, orang takut. Sekarang, habis gelap terbitlah terang,” kisah Bupati Simon sambil menambahkan warga tidak meninggalkan wilayah batas tersebut meski tidak dilayani listrik dan akses jalan semasa Kabupaten Belu dan Kabupaten Malaka mekar pada 2013. (pyn)