Jakarta, KontasMalaka.com– Program Swasembada Pangan kepemimpinan Bupati Malaka, Dr. Simon Nahak, SH, MH dipilih menjadi agenda diskusi pameran pangan plus 2023 dalam rapat kerja nasional (Rakernas) PDI-Perjuangan IV. Pasalnya, program tersebut mampu memanfaatkan potensi daerah yang berbasis kearifan lokal.
Penghargaan terhadap Program Swasembada Pangan Kabupaten Malaka tertuang dalam undangan forum Rakernas IV DPP PDI-Perjuangan yang diberikan kepada Bupati Simon untuk menjadi narasumber utama pada diskusi nasional dan pameran pangan plus 2023 yang berlangsung di Jakarta International EXPO Kemayoran Jakarta Pusat pada 1 Oktober 2023.
Sesuai surat undangan DPP PDI-Perjuangan tertanggal 26 September 2023, Forum Rakernas IV PDI-Perjuangan menilai Program Swasembada Pangan sebagai program yang mampu memanfaatkan potensi lokal untuk mewujudkan ketahanan dan kemandirian pangan.
Program hasil pemikiran Bupati Simon tersebut mengandalkan potensi pemanfaatan pangan lokal melalui diversifikasi pangan yang masih sangat terbuka luas. Program Swasembada Pangan Kabupaten Malaka saat ini menunjukkan kemampuan seorang Bupati Simon dan jajarannya yang mampu melakukan diversifikasi pangan yang berbasis kearifan lokal.
Bupati Simon dalam materinya pada talk show tersebut mengatakan Program Swasembada Pangan membutuhkan kolaborasi dan kerja sama pemerintah daerah dan pusat. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Malaka sudah menjalankan program dengan hasil produksi dua komoditi masing-masing beras dengan brand Nona Malaka dan kacang hijau dengan brand Fore Lakateu.
Dikatakan, produksi beras Nona Malaka dan Fore Lakateu menguntungkan petani, karena harga yang layak. Petani biasanya menjual gabah dengan harga Rp 3.500 per kg. Akan tetapi, sekarang para petani menjual sebagian hasil panen padi dengan harga Rp 5. 500 per kg saat ini. Pemerintah juga sudah menyiapkan pihak ketiga untuk membeli gabah hasil panen petani.
Dijelaskan, produksi beras Nona Malaka dan kacang Fore Lakateu mengandalkan potensi daerah yang berbasis kearifan lokal. Disebut sebagai beras Nona Malaka karena budaya perkawinan Malaka yang menganut sistem martrilineal. Sedangkan, kacang hijau diberi nama Fore Lakateu berdasarkan nama burung Tekukur dalam kisah nyanyian daerah Lagu Oras Loro Malirin.
Bupati Simon berharap agar terus adanya dukungan pemerintah pusat melalui kementerian terkait untuk program swasembada pangan yang membutuhkan sarana, seperti alsintan, pupuk, obat-obatan, tenaga penyuluh lapangan dan anggaran yang memadai.
Untuk diketahui, diskusi nasional bertema Diversifikasi Pangan Berbasis Kearifan Lokal menghadirkan Bupati Simon sebagai narasumber utama dan narasumber lain seperti Suwandi (Dirjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, Dra. Ema Setyawati, Apt, S.Si, ME (Direktur Pemberdayaan Masyarakat dan Pelaku Usaha Pangan Olahan BPOM RI), dan Emyli (Wirausaha) dengan moderatornya Yohanis Fransiskus Lema, S.Ip, M.Si. (pyn)